Thursday, August 4, 2016

Mengalir tanpa Paksaan

 


Benar kata pepatah, “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Itulah yang tampak dari Ayu (16) dan Karishma Maharani (15), yang mewarisi minat, bakat dan aktivitas ibu mereka. Lahir dari pasangan Muhammad Amin (43) dan Prima Damayanti (43), Karishma telah menunjukkan minat dan bakatnya secara alami terhadap Bahasa Inggris sejak usia sekolah dasar. Minat dan bakat itu sesungguhnya tidak banyak didorong oleh ibundanya Prima Damayanti yang merupakan salah seorang guru dan instruktur nasional Bahasa Inggris di Nusa Tenggara Barat.4

Minat tersebut, menurut Prima, mengalir saja seperti air karena Karishma tidak tampak menggebu-gebu untuk memperdalam Bahasa Inggris. Namun dari minat alami itulah yang seungguhnya kemudian mendorongnya memiliki kemampuan dalam bercerita dalam Bahasa Inggris (story telling). Inilah yang membuat siswa kelas dua SMPN 1 Bolo ini akhirnya keluar sebagai Juara I dalam lomba bercerita Bahasa Inggris yang mewakili Kabupaten Bima dalam ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat yang akan berlangsung minggu pertama di bulan Agustus 2016 mendatang.

Sebagai ibu, Prima mengamati dan melihat kecenderungan Karishma terhadap Bahasa Inggris, ia kemudian menyarankan (tidak memaksa) agar anaknya itu memperdalam Bahasa Inggris dengan mengambil kursus di luar jam sekolah. Prima seharusnya bisa mengajar sendiri anaknya untuk memperdalam Bahasa Inggris, namun itu tidak ia lakukan melainkan sengaja menyarankan untuk kursus di tempat lain demi memberikan keleluasaan terhadap Karishma dalam menemukan dan menumbuhkan sendiri minatnya secara alami.

“Kalau dengan saya ibunya tentu potensi yang ada dalam dirinya tidak akan tumbuh alami karena jelas akan ada hubungan emosi yang kuat yang bisa sewaktu-waktu membuatnya manja sehingga potensinya tidak bisa berkembang alami. Namun jika ia mengikuti kursus, tentu saja di sana ada tanggung jawab yang berbeda yang mengikutinya,” kata Prima. Sebagai ibu, Prima hanya perlu terus memberinya motivasi agar minatnya itu semakin kuat.


5

Prima membiarkan anaknya menemukan sendiri minat dan bakatnya dengan caranya sendiri. Saat berada di rumah Karishma senang mendengarkan lagu-lagu berbahasa Inggris yang kemudian membuatnya tertarik untuk memahami liri-lirik lagu tersebut. “Dari sana dia belajar begitu saja,” kata Prima. Melihat kecenderung dan minat tersebut, akhirnya tiap ada lagu baru yang rilis, Prima selalu menawarkan pada anaknya itu untuk mendengarkannya. “Dia sangat lekas dalam menghafal lagu-lagu baru tersebut,” ujar Prima yang kerap sambil berinteraksi dalam keseharian bertanya kepada Karishma tentang apa yang disampaikan dalam lagu-lagu baru tersebut.

Banyak mendengar membuat Karishma memiliki kelebihan dalam ucapan yang untuk ukuran anak usia SMP sudah tepat. “Untuk anak usia SMP pengucapannya sudah relatif tepat,” ungkap Prima. Tampaknya di sinilah letak keunggulan Karishma saat bercerita dalam Bahasa Inggris. Ia juga cukup percaya diri ketika tampil dalam lomba-lomba.


MENEBAR VIRUS

Minat dan kecenderungan seorang ibu juga menurun pada Ayu, putri semata wayang dari Nyayu Ernawati, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Mataram yang juga aktivis anak. Dalam berbagai kesempatan, Nyayu dan Ayu seperti dua orang yang sahabat. Ibu dan anak ini selalu kompak, pun dalam beraktivitas. Seperti halnya Prima, Nyayu juga tidak pernah memaksa anaknya untuk mengikuti apa yang telah dilakoninya selama ini. Namun Nyayu menebar “virus” aktivis kepada anaknya itu.

Tidak mudah memang bagi Ayu pertama kali menerima sang bunda banyak sibuk menghabiskan waktu bersama anak-anak lain yang tidak beruntung. “Dulu saat usianya masih kecil dan belum mengerti, Ayu kerap ngambek karena saya memiliki “banyak anak lain”, anak-anak yang kurang beruntung,” ujar Nyayu. Tetapi seiring bertambahnya usianya Ayu, ia menjadi lebih mengerti dan di bawah sadarnya, ia juga akhirnya mengikuti kebiasaan ibundanya terjun dan bekerja bersama memberikan kepedulian bagi anak lewat Lembaga Perlindungan Anak (LPA) dan Dewan Anak Kota Mataram. Bagaimana tidak, bahkan sejak dalam kandungan, Ayu telah ikut bersama bundanya dalam berbagai aktivitas kegiatan sosial.

Untuk menjaga kualitas kebersamaan dengan anaknya itu, Nyayu mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat, salah satunya berdiskusi bersama. “Semua kami diskusikan, karenanya apapun tentang Ayu, saya tahu, begitu pula Ayu tahu semua hal tentang saya,” ungkapnya. Bagi Nyayu, tidak ada artinya setiap detik bersama namun yang satu asyik menonton sinetron yang satunya lagi tidak berhenti bermain HP. Karena itulah, sebagai seorang ibu, Nyayu membangun komunikasi yang baik dengan buah hatinya itu. Karena baginya yang terpenting dalam keluarga itu adalah komunikasi. “Dengan banyak berkomunikasi kita akan tahu tentang perkembangan anak, terutama di masa banyaknya terjadi kekerasan terhadap anak saat ini,” katanya.

Aktivitasnya sebagai aktivis juga rupanya secara tidak langsung telah mengajarkan anaknya untuk belajar mandiri. Ayu yang kini duduk di bangku kelas dua SMAN 5 Mataram ini, menurut Nyayu sudah jarang meminta uang jajan padanya karena Ayu kerap diminta untuk mempromosikan barang via online. “Dari sanalah Ayu dapat penghasilan, meski tidak besar tetapi ada,” kata Nyayu. Bagi Nyayu, ini bukan soal nilai, melainkan ada sebuah proses yang tengah dijalani anak gadisnya untuk belajar mandiri.

Nyayu dan Prima sama-sama memiliki kecenderungan membiarkan minat dan bakat putri mereka mengalir tanpa harus dipaksa. Karena bagi keduanya, tidak ada pencapaian yang berkualitas yang berasal dari situasi penuh paksaan hanya untuk melihat anak tampil menjadi juara dalam semua hal. Sebuah prestasi haruslah dicapai dengan kebahagiaan. “Jika kelak ia mencapai prestasi, maka itu dicapai dengan kebahagiaan, kenyamanan dan atas potensi diri yang dikembangkan dengan cara yang baik,” ungkap Prima. Begitu juga halnya bagi Nyayu yang menganggap bahwa sebuah pencapaian prestasi kelak akan diikuti dengan kematangan diri seseorang dengan cara yang wajar jika itu dikembangkan dengan cinta dan kasih sayang. “Biarkan anak-anak mengembangkan diri mereka dengan cinta dan kasih sayang,” ungkap Nyayu. -Naniek I. Taufan



Mengalir tanpa Paksaan

No comments:

Post a Comment