Wednesday, August 10, 2016

Faktor Risiko Serangan Jantung dapat Dicegah

Faktor risiko selalu menjadi penyebab terjadinya serangan jantung. Beberapa faktor risiko, seperti hipertensi, merokok, diabetes, gangguan kolesterol, ditenggarai, sebagai faktor risiko pencetus serangan jantung.  Patut diwaspadai, bagi pria pada usia di atas 40 tahun, dan di atas 50 tahun pada wanita.  “Disamping faktor risiko  yang sering kita temui,  penyakit ini juga diwaspadai ketika peningkatan usia. Ironisnya, sebagian besar pasien tidak tahu factor risiko yang sedang membuntutinya,” ujar dokter ahli jantung RS Wangaya,  dr. I Putu Parwata, Sp.PJ.


 dr. I Putu Parwata, Sp.PJ.

dr. I Putu Parwata, Sp.PJ.


Ia memberi contoh, penyakit hipertensi, jarang ada keluhan, ketika memeriksakan diri tahu-tahu, pasien tensinya sudah tinggi.  Contoh lain,  penyakit diabetes, kadang pasien tanpa keluhan,  ternyata setelah dicek kadar  gulanya tinggi. Pasien dengan gangguan kolesterol juga  tidak ada keluhan.  Inilah factor risiko, yang bisa meningkatkan seseorang itu mengalami serangan jantung. Namun, bagaimana mekanisme pembuluh darah jantung itu mengalami suatu gangguan?


“Ini  karena pengaruh  dari kolesterol LDL  yang kurang baik terhadap pembuluh darah. Pembuluh darah mengalami gangguan, mengakibatkan  penyempitan pembuluh darah. Kalau suatu saat,  ada yang mencetuskan, cenderung bisa terjadi plak lepas dan menyumbat  pembuluh darah jantung. Sumbatan inilah  yang akhirnya, mengakibatkan  pasien dengan keluhan  nyeri dada. Selain itu, terjadi perubahan pada rekaman jantungnya.

Menurutnya, bukan hanya karena serangan jantung orang bisa meninggal mendadak, gangguan pada irama jantung juga bisa memicu mati mendadak. Pasien dengan kelainan bawaan  seperti kelainan pada sistem listrik jantungnya, juga bisa mengakibatkan mati mendadak.  Ini bisa terjadi pada pasien usia muda, yang tidak jelas memiliki faktor risiko.


Nyeri dada pada pasien penyakit jantung memiliki ciri khas. Ada rasa berat di bawah tulang dada, seperti tertekan benda berat atau tersobek atau teriris pisau. Rasa ini tembus sampai ke punggung, leher,  dan kadang diserta keluhan sesak, atau gagal jantung sehingga pasien mengalami sesak napas. “Sesak napas yang membedakan dengan penderita asma, pada riwayat penyakit sebelumnya. Biasanya, penyakit asma, sering terjadi berulang, dan pasien memiliki riwayat asma sebelumnya. Selain itu, bunyi sesak napas pada asma seperti bunyi mengik. Walaupun pasien gagal jantung juga ada yang sesak napas ngik, tapi jarang,” jelasnya.


Untuk mencegah agar terhindar dari penyakit jantung, ada beberapa kiat sehat yang dianjurkan.  “Sebagian  besar penyakit pada saat ini, disebabkan  karena gaya hidup karena itu, life  style yang harus diperbaiki,” sarannya. Caranya, Pertama, mengurangi faktor risiko, seperti mengurangi merokok. Dari segi makanan, yang disarankan, gizi seimbang, seimbang, sehat, rendah lemak, dan tinggi serat. Makanan seimbang,  artinya, cukup kebutuhan kalori, protein, vitamin, mineral sesuai berat badan. Jangan lupakan,  olahraga. Yang disarankan aerobik, gerakan tubuh berulang-ulang ritmis yang fungsinya merangsang fungsi kardiovaskuler dengan baik seperti  jalan santai, jogging, naik sepeda, dan berenang. Sebaiknya dilakukan 30 menit tiap latihan, dan dilakukan  tiga sampai 5 kali seminggu.  Selain itu, pikiran dibuat santai, jangan dibuat tegang.


Menurutnya, olahraga yang bisa merangsang serangan jantung,  sifatnya kompetitif, karena merangsang andrenalin  semakin tinggi dan membuat beban jantung semakin besar. Contohnya, futsal, tidak semua olahraga ritmis,  kadang diperlukan berlari  cepat, dan karena kompetitif inilah yang membuat respons simpatis  semakin cepat.  Namun, kata dia, bukan berarti semua orang bisa terkena serangan jantung ketika bermain futsal. “Pada dasarnya, mereka yang mati mendadak sudah mempunyai faktor risiko penyakit jantung, tapi mereka tidak ngeh dan tetap berolahraga yang bisa memicu terjadinya serangan jantung,” katanya.


Ia menyarankan,  bagi masyarakat umum, pola hidup yang baik adalah hal yang paling baik dan penting terhadap pencegahan penyakit. Pada dasarnya, faktor risiko dapat dicegah. –Wirati Astiti


Sehat dengan Senam Jantung Sehat

Senam jantung adalah olahraga yang baik untuk kesehatan jantung. Di Indonesia, senam jantung cukup populer. Bahkan senam jantung sudah dibuat sampai beberapa seri dan cocok digunakan semua orang, tua muda, laki-laki dan wanita.

Menurut Ketua Klub Jantung Sehat Kota Denpasar, Prof. Mangku Karmaya, ketika otot bergerak, bukan hanya membuat sehat tapi juga bugar. Tensi  juga bisa menjadi  normal.   Bugar itu berkaitan dengan otot sendi.  Senam jantung  sehat banyak  manfaatnya,  selain memperbaiki  kinerja jantung, kekuatan jantung meningkat, dan mencegah agar terhindar dari penyakit jantung.


Senam jantung sehat adalah olah raga yang disusun dengan selalu mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar dan kelenturan sendi, agar dapat memasukkan oksigen sebanyak mungkin ke dalam tubuh. Senam jantung sehat bertujuan merawat jantung dan pembuluh darah. Pembuluh darah yang sehat, membuat kerja jantung menjadi optimal, karena kedua organ tersebut bekerja saling berhubungan.


Beberapa tahapan, dalam senam jantung sehat, pemanasan adalah mengondisikan fungsi fisik dengan cara meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan mobilitas gerak persendian dan penguluran otot, agar siap menerima pembebanan pada tahap conditioning. Tahap conditioning  terdiri dari bagian aerobik yakni gerak kontinu ritmis (20-30 menit) dan bagian penguatan atau tahanan: berisi gerak melawan beban. Pendinginan, mengembalikan fungsi fisik seperti keadaan awal secara bertahap yang ditandai dengan menurunnya suhu, berkurangnya keringat, frekuensi detak jantung kembali normal. Sebaiknya Anda melakukan pemanasan dan pendinginan dalam melakukan senam jantung. Dengan tujuan menjaga tubuh agar tidak cedera dan denyut nadi dapat naik dan turun secara bertahap.


Ia menyarankan, pengukuran nadi dilakukan sebelum memulai senam jantung sehat.  Saat istirahat,  denyut nadi normalnya 80  per menit.  Bagi olahragawan,  denyut  nadinya  bisa mencapai 60 per menit. “Kalau sedang istirahat, denyut nadinya berkisar   90-100 per menit, artinya,  jantungnya ada masalah.   Bisa karena pembuluh darah menyempit atau karena  tidak pernah berolahraga,” ujarnya.  Setelah melakukan pemanasan,  kembali denyut nadi diukur,  tidak boleh lebih dari 100, paling tidak 95.  Kemudian masuk ke olahraga inti,  20-30 menit.  Denyut nadi kembali dihitung. Contohnya, usia 40 tahun,  denyut nadinya, harus mencapai 160  per menit. Kalau belum mencapai itu, artinya, belum berolahraga yang benar.  Saat pendinginan, denyut nadi lebihkurang sama dengan  pemanasan.


Senam jantung sehat di Bali sudah digiatkan sejak tahun 1990-an. Sampai saat ini rutin diadakan tiap Hari Minggu,  pukul 6.30 sampai 7.30 di Lapangan Renon Denpasar. –Wirati Astiti



Faktor Risiko Serangan Jantung dapat Dicegah

No comments:

Post a Comment