Wednesday, August 31, 2016

Terbiasa Disiplin

Lahir dari keluarga yang kurang berada tidak membuat Ni Wayan Daliani patah semangat. Sejak menginjakkan kaki di SMK Bali Mandara ia mulai menunjukkan prestasi yang gemilang. Dalam peringatan HUT ke-71 Kemerdekaan RI ia berhasil menjadi barisan Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) tingkat kabupaten.


Daliani

Daliani


Untuk dapat menjadi anggota pasukan paskibra memang tidak mudah dan tidak semua remaja memiliki kesempatan yang sama. Berawal dari mengikuti seleksi di sekolah, ia mampu masuk ke dalam 10 besar siswa yang akan mewakili sekolah dalam seleksi di kabupaten. “Prosesnya lama sekali karena memang banyak yang mendaftar,” tutur perempuan berparas ayu tersebut. Gagal mengikuti seleksi tingkat provinsi dan nasional sedikit membuat ia kecewa. Hal tersebut dikarenakan Dali tidak memenuhi standar tinggi badan yang ditentukan. “Meski tidak lolos tingkat nasional dan provinsi namun tetap bersyukur bisa menjadi anggota Paskibra di kabupaten,” tambahnya.


Berkat kerja keras dan latihan rutin ia berhasil terpilih menjadi pasukan  delapan. Dibalik keberhasilannya, ternyata ia menyimpan banyak cerita yang tidak banyak diketahui orang. Salah satunya merasa minder dan tidak yakin karena tinggi badannya yang lebih rendah dengan yang lain. “Awalnya biasa aja tetapi lama-lama merasa kalau banyak saingan, soalnya dibariskan berdasarkan dari ketinggian, dan saya berada paling belakang,” ceritanya ditemui disela-sela jam istirahat sekolah. Sebelum terpilih menjadi pasukan pembawa baki, ia juga sempat mengikuti seleksi Danki namun gagal karena suara yang kurang keras.


Uniknya, dalam seleksi pasukan delapan untuk membawa baki, perempuan kelahiran 21 September 1999 sama sekali tidak merasa gugup. Hal itu dikarenakan ia sudah terbiasa dilatih kedisiplinan, kesiapan mental, dan public speaking di sekolah. “Saya lihat teman-teman yang lain ada yang gugup, gemetar, tetapi saya yakin pasti bisa,” imbuhnya. Dari empat saingan, ia mencoba paling akhir dan akhirnya terpilih sebagai pembawa baki.


Ia mengaku beruntung diberi kesempatan menempuh pendidikan di tengah kondisi keluarga kurang mampu. “Sebelumnya mendapat tentangan dari orang tua karena mereka belum tahu SMK Bali Mandara itu seperti apa. Namun ketika orangtua nonton di televisi mereka jadi tahu sekolah ini seperti apa,” ungkapnya. Bantuan Pemprov Bali, menjadikan siswi yang duduk di kelas XI ini memiliki mental dan karakter tangguh. Saat ini, pengalaman membawa bendera membuat dia menjadi pribadi yang pantang menyerah. Prestasi putri dari pasangan I Nengah Sedeng dan Ni Wayan Sulendri ini memang sudah terlihat sejak duduk di bangku SMP. “Sejak SMP memang sudah sering mengikuti berbagai macam lomba atletik,” ucapnya. Akan tetapi kecintaannya terhadap seni lukis membuatnya memilih jurusan Teknik Gambar Bangunan, bahkan ia sempat menjuarai lomba melukis yang diselenggarakan oleh pemkab Karangasem.


Dali tidak menampik jika cita-citanya kelak sangat bertolak dengan jurusannya yang diambil saat ini. Anak pertama dari empat bersaudara ini kelak ingin menjadi polwan. Meski demikian ia mengaku tetap mendalami jurusan yang telah diambil, namun ketika ada kesempatan akan dimanfaatkan menjadi anggota polwan. “Saat ini saya tetap akan menekuni dunia gambar, ketika lulus nanti akan saya coba menjadi anggota polwan,” pungkasnya. -Wiwin



Terbiasa Disiplin

Bahaya Rokok Elektrik

 


“Lepas dari Mulut Buaya Masuk ke Mulut Singa

Dengan adanya wacana harga rokok Rp 50 ribu, mungkin banyak yang ingin beralih ke rokok elektrik. Namun, tahukah Anda, bahaya rokok elektik tak jauh beda dengan rokok konvensional. Malah tren rokok elektrik ini, mengundang segudang kekhawatiran. Seperti yang  diungkapkan Koordinator Bali Tobacco Control Initiative, Made Kerta Duana, SKM.,MPH., saat berbincang dengan Tokoh di ruang kerjanya di PS Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.


Made Kerta Duana, SKM.,MPH.

Made Kerta Duana, SKM.,MPH.


Kerta Duana mengatakan, perokok dini makin meningkat. Merokok sudah dilirik siswa SD. Usia tertinggi  kisaran 14 tahun sd. 15 tahun.  Sebanyak 23% remaja Indonesia perokok.  Tren ini menunjukkan perokok sudah  sangat meningkat jumlahnya, baik di kalangan remaja, pria dewasa, bahkan perempuan. Muncul kekhawatiran,  jika dilihat dari aspek kesehatan, merokok berisiko terhadap penyakit ke depannya, baik akut dan kronis. Para remaja, sangat dikhawatirkan 10 tahun ke depan, karena mereka sudah memulai merokok usia dini.


Ironisnya, ada perubahan tren di kalangan remaja dalam mengonsumsi rokok. Saat ini, tidak hanya mengonsumsi rokok konvensional, tapi mulai mengisap shisha dan vape atau  rokok elektrik yang sedang tren.  Kondisi ini menurutnya, sangat mengkhawatirkan. “Apakah rokok elektrik ini  sudah merupakan produk legal dan berizin. Malah,  info terakhir kita dengar ada yang meledak,” ujar dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Unud ini.

Menurut nya,   dalam penggunaan vape ada dua unsur, yakni alat dan cairan nikotin. Sementara, dua produk ini  belum berizin dari BPOM, dan  ini bisa dikatakan produk illegal. Ironisnya, vape malah sudah banyak beredar di masyarakat.


Mengapa remaja coba-coba ikut tren? Menurut Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Bali ini,  di satu sisi, mereka ingin menempatkan diri,  seperti di iklan, mereka lebih keren atau lebih modern dan gaul. Dan di satu sisi dampaknya. “Ada mitos yang diyakini bagi pengguna,rokok elektrik  ini lebih aman,  karena ini bukan rokok, ini adalah salah satu cara untuk berhenti merokok. Entah siapa yang mengangkat isu ini,” ujar Kerta Duana.


Menurutnya,  ketika tetap  menggunakan daun  tembakau nikotin,  dampaknya tetap  sama, terkait risiko penyakit. Di satu sisi memberi efek lain seperti alatnya bisa meledak. Di sisi lain, ini bisa mengacaukan aturan tentang kawasan  bebas rokok karena ini disebut bukan rokok. Jadi mereka bisa mengisap vape di mana saja. Ketika orangtua menegur anaknya, mereka berkata, ini bukan rokok.  Bagi yang ingin berhenti merokok, tetap saja tidak bisa lepas. Malah, pada  penggunaan rokok elektrik mereka bisa mengatur kadar nikotin yang dibutuhkan.  Jadi sama saja, “lepas dari mulut buaya masuk ke mulut singa”. Ia menegaskan, adiksi  itu tidak bisa digantikan. “Kalau ingin berhenti harus total, kalau hanya ingin  mengalihkan, kemudian beralih ke rokok elektrik, sama saja  tidak akan bisa berhenti merokok,” kata Kerta Duana.  Apalagi, dengan wacana harga rokok yang akan dinaikkan, kemudian pengguna mencoba beralih ke rokok elektrik  untuk pelan-pelan berhenti merokok tetap saja bukan hal yang tepat. “Efek dari merokok elektrik sama saja dengan merokok biasa.  Parahnya,  si perokok berpikir, seolah-olah dengan rokok elektrik tidak menggangu orang lain atau dirinya sendiri.


Dalam definisi UU Kesehatan dan  Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Provinsi  Bali, disebutkan, rokok adalah sesuatu yang bentuknya dikonsumsi dengan kandungan kinotin,  hasil produksi daun tembakau. Memang ada perbedaan, hasil emisi, berupa  asap uap. Beberapa penelitian terbaru menyatakan, asap akan menempel di paru, akan memicu penyakit paru-paru.  Karena ini uap, dia cepat menempel di saluran luar pernapasan, bisa menimbulkan kasus kanker mulut, hidung, lidah, dll. Disamping itu, uap yang dihasilkan sangat luar biasa banyaknya seperti menyemprot.


Menurutnya, seharusnya, Balai POM Bali dan Dinas kesehatan Bali,  memberikan perhatian lebih. “Kalau sudah masuk ke remaja kita sama saja menemukan dua masalah.  Pengendalian rokok konvensional belum beres, sekarang ada lagi rokok elektrik.


Saat ini, penjualan rokok elektrik  masih dalam sistem klaster. Mereka membentuk komunitas pengguna.  Ini menjadi satu tren membentuk komunitas baru.  Dalam rokok konvensional sudah ada gambaran bahaya rokok dan aturan merokok, sementara, dalam rokok elektrik tidak ada.


Produk ini beredar tanpa informasi yang mendampingi, bagaimana pun nikotin adalah zat adiktif yang harus dikendalikan.   Sampai saat ini, belum ada upaya pengendaliannya.  “Saya sempat baca, statemen BPOM, produk ini belum prioritas untuk dilakukan pengawasan, pengujian layak edar, dsbnya.  Tapi kita sebagai penggiat kesehatan masyarakat, berharap jangan sampai  terlambat,” kata Kerta Duana. Ia menilai,  fenomena sudah ada, jangan menunggu lebih sulit untuk dikendalikan. “Semakin  dini pengendaliannya, akan jauh  lebih bagus.  Kita bicara aset bangsa. Sistem penjualannya  masih terklaster,  intervensinya jauh lebih mudah. Ini sangat  mungkin dilakukan control, gerak cepat itu  harus dijadikan satu priortitas bagi pemegang kebijakan,” sarannya. –Wirati Astiti



Bahaya Rokok Elektrik

Berinvestasi Aman & Belajar Berbisnis Di Atta Labeji Villas

Menyiapkan bentuk investasi untuk masa depan. Itulah yang ada dalam benak Jro Jeky yang akhirnya memutuskan bergabung sebagai salah seorang investor di Atta Labeji Villas. “Prospek ke depan investasi villa ini saya lihat sangat bagus. Karena sebenarnya saya lihat di luar Bali sudah banyak ada investasi seperti ini. Kenapa kita orang Bali tidak berani? Nyatanya dengan bergabung di sini kita bisa menikmati fasilitas menginap gratis dan jika membawa tamu, kita juga bisa mendapatkan fee besar. Apalagi, proses legalitasnya dilakukan di hadapan notaris dan kita juga dapat sertifikat kepemilikannya. Jadi, tidak perlu khawatir bergabung di Atta Labeji Villas,” yakinnya.


Jro Jeky

Jro Jeky


Istri dari I Wayan Koyan yang memiliki nama lengkap Ni Wayan Resini ini adalah pemilik Koperasi Mesari dan Toko (modern) Kintamani di kawasan Jalan Buana Raya, Monang Maning, Denpasar. Ibu dari Ni Kadek Yuni Dwi Antari, S.Kep. dan Ni Ketut Alit Puspayanti ini menyatakan sependapat dan setuju dengan ide Made Robert (konseptor Atta Labeji Villas), akan konsep mepatung dalam kepemilikan villa ini. Karena hanya dengan mepatung memungkinkan masyarakat yang tak memiliki dana besar, bisa menjadi pemilik villa atau investor. “Dengan ikut membeli lot Villa Mesari, saya bisa punya villa. Dan sekarang saya juga sudah membeli lot Atta Labeji Villas,” ujarnya.


Selain itu, Jro Jeky juga mengaku banyak belajar dari kebergabungannya di sini. “Pak Robert sering mengundang para investor villa untuk datang ke Ubud. Di sana kita diajak master mind terkait bisnis, juga tentang kendala yang dihadapi dalam bisnis yang kita kelola. Intinya saya bergabung di Atta Labeji Villas ini, berinvestasi sambil belajar bisnis,” ucapnya tersenyum sumringah. –ten



HANYA 12 JUTA BISA PUNYA ATTA LABEJI VILLAS DI UBUD BALI

Kehadiran villatel bernama Atta Labeji Villas yang dimotori “putra daerah” ini, mendapatkan respons yang cukup luar biasa dari masyarakat Bali. Prinsip kegotongroyongan dan saling menolong dengan konsep mepatung yang ditawarkan Atta Labeji Villas ini memberikan peluang bagi masyarakat lokal untuk menjadi investor di tanahnya sendiri.


 


Made Robert dan Ni Made Ayu Dewi

Made Robert dan Ni Made Ayu Dewi


Para investor yang bergabung optimis villatel yang berbasiskan kerakyatan ini, akan berkembang. Mengingat, prospek ke depan cukup bagus, dengan lokasi villa yang berada di tempat yang sangat representatif, baik dilihat dari destinasi maupun dari cultural tourism yang menjadi ikon Ubud. Bahkan, antisipasi terhadap risiko yang paling buruk sekali pun sudah benar-benar dikalkulasi dengan pengelolaan manajemen yang matang.


Beberapa investor  juga sudah melirik peluang menjanjikan ini ketika Atta Labeji Villas dipresentasikan di kota-kota besar di Indonesia. Bahkan, beberapa dari mereka berharap proyek villatel dengan konsep mepatung dan berbasis kerakyatan ini juga bisa dikembangkan di daerah lain karena dinilai sangat menguntungkan bagi masyarakat setempat.


Karena itu, Made Robert sang konseptor dan Made Ayu Dewi, Komisaris Utama Atta Labeji Villas mengimbau masyarakat Bali, bahwa peluang yang cukup bagus untuk menjadi investor dan owner villa ini harus segera ditangkap dengan cepat. Dengan menjadi investor di Atta Labeji Villas berarti orang Bali juga telah menyelamatkan tanah Bali.


Apalagi kini, untuk kepemilikan unit Atta Labeji Villas tersebut sudah dipermudah dengan ditawarkannya program “Yuk Nabung Lot”. Hanya dengan menyisihkan uang mulai Rp 1 juta tiap bulannya, mereka sudah bisa memiliki villa di Ubud. Program “Yuk Nabung Lot” ini khusus dikonsep Made Robert, Founder Mesari Land & Direktur Utama BOS Land, untuk menjawab kendala yang kerap dilontarkan para calon investor. Sehingga dengan hadirnya program baru ini, semua orang bisa menjadi investor/pemilik villa dan mendapatkan benefit lainnya.

Dengan program “Yuk Nabung Lot”, masyarakat tak harus membayar cash Rp 12 juta, bisa membayar bertahap selama 1 tahun dengan jalan menyimpan di KSP Silamukti, koperasi yang diajak bekerjasama karena memiliki kesamaan visi misi dengan villatel ini.


Made Robert mengingatkan, bahwa investasi sangat penting untuk kebebasan finansial ke depan, membiarkan uang yang bekerja untuk kita, bukan sebaliknya. Dan tentunya, siapa pun pasti ingin menikmati hari tua tanpa harus pusing dengan urusan finansial. Solusinya hanya satu, berinvestasilah di tempat yang aman yaitu di Atta Labeji Villas, mulai sekarang.


100% Uang Kembali

Dengan ikut program “Yuk Nabung Lot” yang pembayarannya lunas dalam 1 tahun, para investor tetap mendapatkan benefit lainnya. Di antaranya, uang pembelian lot akan dikembalikan 100% di tahun ke-11. “Perbedaannya dengan yang langsung melunasi Rp 12 juta per lot nya, uang pembelian lot-nya dikembalikan di tahun ke-10, dan langsung dapat free menginap di Atta Mesari Villas,” jelas Made Ayu.


Keuntungan lainnya yang didapat dengan berinvestasi di Atta Labeji Villas adalah; mendapatkan 1 surat lot yang saat ini nilainya Rp 12 juta dan seiring waktu harganya pasti naik, voucher menginap senilai Rp 12 juta, penghasilan pasif 10% setiap tahun selama 2 tahun dan setiap 6 bulan selama 23 tahun, komisi 10% setiap mengajak tamu ke Atta Labeji Villas, tergabung dalam komunitas “Atta Labeji Investor Club” yang tentunya akan memperluas jejaring, satu box kartu nama Atta Labeji Villas dengan jabatan owner, kupon undian untuk memenangkan grand prize 2 hektare hutan jabon dengan hasil milyaran rupiah, dan lain-lain. Klausa ini dituangkan dalam perjanjian notaris. Beberapa investor pun telah melakukan penandatanganan kontrak kepemilikan unit Atta Labeji Villas di notaris.

Untuk itu, Made Robert dan Ni Made Ayu mengajak masyarakat Bali yang belum bergabung, untuk bersama-sama sukses di investasi villatel ini, bersama-sama mempertahankan tanah Bali dengan menjadi investor (owner) Atta Labeji Villas. Untuk informasi lebih jelas, silakan datang langsung ke kantor Bos Land di Jalan Tukad Pakerisan  No. 79 Panjer, Denpasar, tlp. 0361-4723 260, 082 247 365 888, 087 861 999 658. –ten



Berinvestasi Aman & Belajar Berbisnis Di Atta Labeji Villas

Tuesday, August 30, 2016

“Business Round Table” BPR Lestari

faizal basri

Faizal basri


Pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami pelambatan, karena itu semua masyarakat harus menghidupkan sektor lainnya. Demikian diungkapkan Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia Faisal Basri, di sela-sela acara “2 ND Bali Business Round Table” di Kuta, Senin (29/8).   “Kita bisa melihatan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan. Karena itu harus semua pihak bergerak agar ekonomi kita bangkit. Pertumbuhan ekonomi kita juga tidak terlepas dari kondisi ekonomi dunia,” kata Faisal.


Ia mengatakan untuk bisa menaikan perekonomian Indonesia adalah sikap tegas dari pemerintah dalam mengawal perekonomian yang saat ini mengalami stagnan. Menurutnya, untuk bisa menaikan perekonomian Indonesia adalah sikap tegas dari pemerintah dalam mengkawal perekonomian yang saat ini mengalami stagnan. “Caranya, bagaimana melakukan terobosan di semua sektor, sehingga ekonomi Indonesia mampu bangkit. Termasuk juga para pengusaha besar memanfaatkan peluang bisnisnya agar bisa bangkit,” ujarnya. Faisal mengatakan tanpa ada usaha dan perjuangan yang kuat dari pemerintah dan swasta, maka selamanya perekonomian akan mengalami stagnan, dan tidak menutup kemungkinan akan bisa anjlok. “Tapi saya optimistis dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla, dan dibantu para menteri, ekonomi Indonesia akan bangkit ke depannya. Kita lihat pergerakannya hingga bulan September mendatang,” ucapnya.


Faisal lebih lanjut mengatakan ekonomi Indonesia juga ditopang oleh sektor jasa keuangan. Namun, jangan sampai terpaku dan mengandalkan sektor jasa, sektor lain juga perlu digenjot agar terus meningkat. “Unfortunatelly sektor jasanya naik kencang sekali. Tapi sektor barangnya jangan menurun. Sehingga dikhawatirkan seluruh rakyat Indonesia hidup tergantung dari sektor jasa,” ucapnya.


alex chandra

alex chandra


Sementara, menurut Chairman Lestari Group Alex P. Chandra masyarakat (nasabah) yang meminjam di tahun 2016 menurun dibanding tahun sebelumnya. Turunnya peminjaman dana oleh nasabah, kata dia, mungkin disebabkan melemahnya kondisi perekonomian di Indonesia. Seakan penyaluran kredit hanya jalan di tempat saja. Padahal suku bunga yang ditawarkan ke nasabah ada penurunan yang signifikan di banding tahun 2015. “Suku bunga yang ditawarkan ada penurunan di banding tahun lalu. Ini sudah ada kebijakan dari pemerintah untuk menurunkan suku bunga di masing-masing bank/BPR. Tapi di Bali sendiri saya lihat nasabah pinjam dana menurun. Sehingga persediaan dana cukup banyak. Hal ini perlu jalan keluar dan solusi untuk membangkitkan sektor ekonomian,” katanya.


Dikatakannya, memang secara umum kelihatannya perekonomian masyarakat Bali aman-aman saja. Namun kalau melihat data pada bank, maka sangat kelihatan terjadinya kelesuan perekonomian. Oleh karena itu, khususnya di Bali semua sektor harus dibangun dan disinergikan sehingga perekonomian akan secara perlahan akan kembali naik, seperti tahun sebelumnya. –Wirati Astiti



“Business Round Table” BPR Lestari

Thursday, August 25, 2016

Biaya VoA Dihapus

 


Dulu BRI Layani 10 Ribu Sekarang 100

Penerimaan pendapatan negara yang berasal dari Visa on Arrival (VoA) atau Visa Kunjungan Saat Kedatangan mengalami penurunan signifikan sejak berlakunya Perpres terbaru Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan untuk 169 negara yang berlaku mulai 10 Maret 2016.


Pemimpin Wilayah PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kanwil Denpasar, M. Fankar Umran mengatakan jumlah negara yang tergabung dalam asosiasi VoA sebanyak 64 negara. Namun dari jumlah tersebut saat ini hanya sisa 7 negara yang masih dikenakan biaya VoA untuk masuk ke wilayah Indonesia sejak berlakunya Perpres terbaru tersebut.


“Tahun 2015 sebelum berlakunya bebas visa itu, di BRI Wilayah Denpasar ini khususnya di Bandara Ngurah Rai bisa melayani 10 ribu transaksi pembelian voucher visa (VoA) setiap hari dari wisatawan berbagai negara,” ungkapnya kepada awak media di kantornya, Selasa (23/8). Setelah ada aturan terbaru, BRI hanya melayani 100 pembelian voucher per hari.


“Dengan transaksi 10 ribu sehari menjadi 100 kan jauh sekali turunnya. Per 1 voucher VoA nilainya USD 35. Pasti berpengaruhlah untuk transaksi perbankan dalam hal penerimaan negara,” katanya. Ia mengakui dana yang dihimpun BRI dari pembayaran VoA tersebut hilang akan tetapi dari sisi masyarakat, industri pariwisata seperti hotel dan sektor usaha lainnya yang berhubungan dengan jasa pariwisata tidak berpengaruh karena jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia termasuk Bali tetap meningkat.


Pendapatan dari voucher VOA turun tapi dampaknya ke masyarakat itu naik. Jadi ada kompensasi penerimaan langsung dari VoA digantikan langsung oleh penerimaan masyarakat, masyarakat membayar pajak, dan pajak masuk ke negara kembali. Jadi muter-muter disitu. Sebenarnya ekonomi tetap bagus,” tegasnya”

Turunnya penjualan voucher VoA dikatakannya mempengaruhi kuantitas transaksi di BRI Kanwil Denpasar. Tetapi kata dia BRI tidak tergantung pada adanya satu kebijakan saja. Menurut Fankar, SDM yang awalnya melayani VoA kini dialihkan ke pelayanan money changer di unit-unit BRI.


Dia menyebutkan sebelum kebijakan bebas visa diberlakukan, secara nasional BRI mencatat pada tahun 2014 permintaan fasilitas VoA dari turis asing yang masuk ke Indonesia sebanyak 4,6 juta transaksi, sedangkan tahun 2015 sebanyak 3,6 juta transaksi. Kemudian tahun 2016 dari Januari-Maret tercatat sebanyak 374 ribu transaksi voucher VoA.


Permintaan VoA khusus untuk di BRI Kanwil Denpasar (Bali) pada tahun 2015 sebanyak 2,1 juta transaksi. “Jadi memang VoA atau orang asing masuk di Bali hampir lebih dari separuh nasional. Buktinya secara nasional di BRI 3,6 juta transaksi dan Bali 2,1 juta transaksi. Namun itu sebelum terjadinya penghapusan visa (bebas visa),” beber Fankar.


Sekarang ini pihaknya menyatakan dengan dihapusnya visa kunjungan bagi 169 negara tersebut yang berlaku per 10 Maret 2016 BRI di Ngurah Rai hanya melayani 100 voucher VoA per hari. “Kenapa masih ada yang laku? Karena yang beli itu hanyalah yang periode length of stay-nya itu lebih dari sebulan. Memang yang bebas itu hanya 30 hari ke bawah. Disamping memang ada negara-negara yang jarang masuk Indonesia (belum bebas visa),” paparnya. –Ngurah Budi



Biaya VoA Dihapus

Strategic Financial Management Seminar

Strategic Financial Management Seminar

Strategic Financial Management Seminar


Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali, merupakan himpunan top eksekutif profesional seperti General Manager dari berbagai hotel dan villa di Bali di bawah IHGMA Indonesia, dengan bangga mempersembahkan agenda perdananya di program tahunan Certification & Development melalui terselenggaranya Strategic Financial Management Seminar.


Seminar berlangsung di B Hotel, Jalan Imam Bonjol, Denpasar, Bali pada Selasa, 23 Agustus 2016, dimulai pada pukul 08.00 WITA hingga 14.00 WITA. Dalam seminar ini IHGMA Bali mengundang pembicara ahli di bidang Keuangan, yaitu Bp. I Gusti Putu Wisesa, CHA, Vice President, Finance – Asia Commune Hotel and Resorts (Alila, Joie De Vivre, Thompson, dan Tommie) yang dengan sukses berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam manajemen keuangan. Hadir pula Executive Committee IHGMA Bali, antara lain Ketua IHGMA Bali, Bp. Nyoman Astama, SE, CHA, Ketua Panitia Seminar Ibu Fransiska Handoko, CHA serta Bp. Ketut Swabawa, CHA yang berperan sebagai moderator dalam memimpin seminar interaktif yang diperuntukkan bagi posisi top manajemen.


Seminar yang berlangsung interaktif ini dihadiri oleh General Manager, Operation Manager, Hotel Manager, Executive Assistant Manager dan Manajer Villa yang ikut berpartisipasi dalam dialog dan diskusi acara Strategic Financial Management Seminar.


Seminar tersebut dibagi menjadi tiga sesi. Pada sesi pertama, bahasan menitikberatkan dan fokus pada Role of Accounting and Finance Department, Financial Management, Accounting Management, and Operating Budget. Ini merupakan hal-hal yang penting bagi hotelier untuk mengoperasikan properti mereka. Utamanya digunakan dalam membuat laporan pembiayaan, profitabilitas produk, dan profitabilitas konsumen.


Kemudian di sesi kedua, seminar membahas tentang BEP (Break Even Point), Costing Method, Financial Statement & Cost Center, KPI (Key Performance Indicators), and Taxation. Sementara di sesi terakhir, pembahasan berupa Hotel Operating Equipment, CAPEX (Capital Expenditures), Corporate Governance in Accounting and Risk Management/ Insurance Coverage. Dalam Strategic Financial Management Seminar tersebut, informasi khusus dan spesifik diberikan untuk para manager atau mereka yang memiliki peran sebagai pemimpin dan bertanggung jawab penuh mengendalikan operasional hotel. Informasi ini diharapkan untuk digunakan dalam perencanaan jangka pendek dan jangka panjang serta pengambilan keputusan financial.


Selain itu, hasil seminar ini dapat pula diterapkan dalam pengendalian biaya, sumber daya manusia dan operasional hotel. Melalui Strategic Financial Management Seminar yang diadakan oleh IHGMA Bali, diharapkan bagi level Top Manajemen untuk mengerti serta bijak dalam mengambil keputusan mengenai bagaimana menerapkan Manajemen Keuangan dalam sistem operasional hotel.

Menurut pernyataan Bapak K. Swabawa, CHA ( Seminar moderator dan Ketua Sertifikasi & Pelatihan IHGMA Badan Pusat ), “IHGMA selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik melalui program – program komprehensif sebagai salah satu keuntungan menjadi anggota kami. Seminar ini adalah program yang sangat berstrategi guna menghasilkan pemahaman kepada General Manager tentang Pengelolaan Keuangan dan menerapkan praktek analitis terbaik dalam mengevaluasi dan membuat keputusan di dunia bisnis perhotelan “ -Rls



Strategic Financial Management Seminar

Ubah Zona Merah jadi Zona Aman

Tahun 2003 ketika pertama kali Komisi Pemilihan Umum (KPU) dibentuk, termasuk di Kabupaten Bima, Nur Susila tertarik untuk menyelami bidang politik melalui lembaga penyelenggara pemilihan umum tersebut. Dengan pengalaman di dunia LSM di Bima yang telah ditekuninya sebelumnya, Nur Susila memiliki pengalaman ‘membaca’ karakteristik masyarakat Bima.


Nur Susila

Nur Susila


Setelah berhasil lolos dalam perekrutan anggota KPU Kabupaten Bima tahun 2003 bersama empat orang lainnya, Nur Susila duduk sebagai Anggota KPU Divisi Logistik Umum dan Rumah Tangga. Di sanalah ia memakai ilmu Sosial Politik yang telah dipelajarinya selama kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta jurusan Sospol. Sejak kuliah ia memang tertarik mengikuti perkembangan demokrasi dan pemilu yang diselenggarakan di Indonesia.


Pada masa awal berdirinya KPU, menurutnya tiap pemilu selalu berubah-ubah karena banyak aturan yang berubah sehingga kesannya coba-coba. “Kebetulan juga kami termasuk saya yang baru di KPU juga masih belajar tentang apa dan bagaimana bekerja di KPU itu hingga menemukan format seperti sekarang,” ungkapnya. Selama periode pertama ini Nur Susila mengaku banyak belajar hingga benar-benar paham tentang tugas dan tanggung jawabnya. Ia merasa senang karena menurutnya bekerja di KPU itu lebih banyak tantangannya. “Tantangan terutama saat pesta demokrasi berlangsung, itu yang menjadi prioritas untuk dihadapi,” ujarnya.


Nur Susila mengakhiri masa tugasnya di KPU Kabupaten Bima periode pertama pada tahun 2008 dan terpilih kembali sebagai Anggota KPUtersebut pada tahun 2008 hingga 2013. Dalam masa menjalani tugas di periode kedua inilah Pilkada Bima bergolak hebat tahun 2010. Berbagai persoalan muncul hingga kantor KPU Kabupaten Bima dibakar massa yang tidak puas dengan KPU Kabupaten Bima. Gugatan-gugatan pilkada Kabupaten Bima semakin memanaskan suasana politik yang luar biasa ‘menegangkan’ bagi KPU Kabupaten Bima.

Dari semua persoalan yang ada, situasi itu mengharuskan Ketua KPU Bima diganti karena terkena imbas dari persoalan yang terjadi sehingga akhirnya Nur Susila dipilih menjadi Ketua (PAW-Pengganti Antar Waktu) KPU Kabupaten Bima tahun 2010 hingga tahun 2013. Nur Susila memimpin KPU Kabupaten Bima dengan begitu kompleks masalahnya. “Di sinilah tantangan yang harus saya selesaikan dengan begitu banyak persoalan,” ungkapnya. Ia ditinggalkan dengan persoalan yang membuatnya kehilangan waktu istirahat dan gedung KPU yang terbakar serta demonstrasi massa yang nyaris tiap hari terjadi.


“Saya dan anggota harus menghadapi dan menyelesaikan sidang-sidang gugatan pilkada, di Mahkamah Konstitusi, di PTUN dan Pengadilan Negeri. Alhamdulillah semua tuntutan dimenangkan oleh KPU,” ujarnya. Selain itu hari-harinya juga harus menghadapi demonstrasi dari massa yang tidak puas dengan hasil Pilkada. Karena itulah ia kemudian membuka ruang selebar-lebarnya bagi massa untuk berdialog tentang apa yang yang mereka inginkan dari KPU dan apa yang mereka curigai dari KPU. “Saya minta massa untuk bicara secara terbuka dengan cara berdialog. Dan sejak itulah kami membuka ruang diskusi dengan berbagai elemen yang ada di Kabupaten Bima,” katanya. Diskusi yang saat itu berlangsung sekali seminggu itu kini tetap dilanjutkan menjadi dua kali sebulan.

Lalu pada tahun 2014 Nur Susila terpilih sebagai Ketua KPU untuk periode 2014-2019. Sebagai seorang perempuan, ia sempat diragukan dapat memimpin KPU Kabupaten Bima yang notabene dianggap sebagai ‘KPU zona merah’ kedua setelah Papua. Namun sejak terpilih dengan banyaknya yang meragukan kemampuan seorang perempuan, ia bertekad untuk memberikan yang terbaik bagi daerahnya. Hasilnya, Pilkada Kabupaten Bima dalam Pilkada serentak beberapa waktu lalu berjalan lancar nyaris tanpa gejolak yang berarti. –Naniek I. Taufan


 Nur Susila dalam salah satu kegiatan KPU Kabupaten Bima


Nur Susila dalam salah satu kegiatan KPU Kabupaten Bima


Selesaikan Masalah Tanpa Timbulkan Masalah Baru

Banyak jempol mengarah kepadanya atas suksesnya Pilkada Kabupaten Bima kala itu. dan Nur Susila membuktikan bahwa perempuan mampu menjalani tugas meski dengan tantangan khususnya dalam dunia politik yang demikian keras. Baginya Nur Susila yang sudah 13 tahun bekerja di KPU tantangan itu membuat adrenalinnya terus bergerak. Ia mengaku enjoy menjalaninya terutama sekarang setelah ia semakin memahami situasi dan perkembangan yang membuatnya memiliki strategi-strategi dalam menghadapinya.


“Saya suka tantangan dan sangat puas apabila bisa menyelesaikan tantangan berupa masalah yang dihadapi,” katanya. Adalah kebahagiaan tersendiri baginya ketika bisa menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Sebagai perempuan asli Bima dan dengan pengalamannya selama ini, Nur Susila mengenal benar karakter masyarakat Bima yang relatif kerap dianggap keras khususnya dalam hal gesekan politik. Namun, Nur Susila paham menghadapinya.


“Masyarakat Kabupaten Bima yang keras akan menjadi luluh jika dihadapi dengan kelembutan,” ujarnya. Menurutnya dalam situasi yang membawa psikologi ‘panas’ tidak bisa dihadapi dengan panas pula, melainkan harus lebih lunak menghadapinya. “Mereka sangat mau mendengarkan jika kita bicara dengan cara yang baik,” katanya. Dengan cara inilah Nur Susila mampu merubah Bima bukanlah lagi sebagai zona merah melainkan kini menjadi zona aman. “Sekarang Bima tidak lagi berada dalam zona merah melainkan zona aman, semoga seterusnya seperti ini,” ujarnya.


Kini Kantor KPU Kabupaten Bima juga ia jadikan sebagai Rumah Pintar Pemilu bagi masyarakat. Di kantor ini orang bisa melihat semua hal yang berkaitan dengan pemilu dan siapa pun bisa datang melihatnya. Dan untuk menyiapkan masyarakat yang mengerti akan pemilu KPU Kabupaten Bima terus melakukan sosialisasi dengan berbagai pihak bahkan hingga ke OSIS di sekolah-sekolah. Untuk menyiapkan daftar pemilih, KPU Kabupaten Bima tidak melakukannya saat Pemilu tiba melainkan terus melakukan update data setiap bulan bersama Kantor Catatan Sipil Kabupaten Bima.


Nur Susila berada di tengah demonstrasi di Bima

Nur Susila berada di tengah demonstrasi di Bima


REKRUTMEN PEREMPUAN DADAKAN

Dari semua hal yang telah dilewatinya di KPU, ada satu hal yang menjadi catatan khusus baginya terutama terkait perempuan dalam politik. Sampai saat ini ia menyayangkan partai politik yang selalu dadakan mencari figur perempuan untuk menjadi calon legislatif tanpa adanya pengkaderan. “Tidak ada pengkaderan yang dilakukan terhadap perempuan oleh partai politik ini. Rekrutmen perempuan seringkali dilakukan secara dadakan hanya untuk memenuhi kuota 30% keterwakilan perempuan. Saya sangat menyayangkan hal ini,” ujarnya. Sebagai seorang perempuan ia menyayangkan hal seperti ini masih terjadi. “Padahal jika mau serius, perempuan itu bisa,” ungkapnya. -Naniek I. Taufan



Ubah Zona Merah jadi Zona Aman