Wednesday, July 27, 2016

Bahagia Kalau Orang Lain Bahagia

 


Aplikasi Go-Jek makin dikenal masyarakat. Dari anak-anak hingga orang tua tahu aplikasi ini. Dari yang hanya tahu dari teman hingga yang memanfaatkan aplikasi ini. Salah satu tokoh yang berada dibalik aplikasi ini adalah Alamanda Shantika Santoso.

Perempuan mungil yang akrab disapa Ala ini bertanggung jawab terhadap operasional dari aplikasi ini. “Saya berpikir, saya kerja bukan untuk Nadiem (CEO Go-Jek) tetapi untuk ratusan ribu orang yang bergantung dari aplikasi ini. Kalau aplikasi error, bukan komplin dari Nadiem yang saya takutkan. Saya lebih memikirkan bagaimana ratusan ribu driver kami yang ada di jalanan menunggu aplikasi diperbaiki,” ungkapnya saat ditemui di  acara sosialisasi kompetisi “The NextDev 2016” di Denpasar.

Ia menuturkan startup yang dikembangkan ini berawal dari 5 programmer. Mereka membuat sebuah aplikasi yang membantu memudahkan driver ojek mendapatkan konsumen dan di sisi lain memudahkan konsumen mendapatkan layanan ojek.


Alamanda Shantika

Alamanda Shantika


Pemilihan aplikasi berbasis mobile ini lebih advance dibanding dengan yang berbasis web. Namun, ia yakin, di kemudian hari, akan ada lagi aplikasi yang lebih advance dari mobile. “Saya saja sekarang mungkin sudah tidak terlalu jago dalam bahasa program. Staf saya lebih jago. Artinya, pengetahuan itu terus berkembang,” ujar perempuan yang memiliki latar belakang pendidikan IT, matematika, dan desain ini.

Ketika Go-Jek dihadapkan dengan situasi konvensional dan modern, Ala mengaku hadirnya Go-Jek untuk memudahkan para tukang ojek yang selama ini melakukan pelayanan konvensional. Aplikasi yang memudahkan konsumen mendapatkan driver dan membekali driver dengan ponsel berbasis android, awalnya dipandang sebagai sesuatu yang gila.

“Nadiem ditanya sama orang-orang kok berani ngasi tukang ojek ponsel android. Bagi kami, harus ada terobosan untuk membuat sesuatu yang beda. Ternyata, apa yang kami lakukan ini diterima masyarakat. Kehadiran kami ternyata diterima di hati masyarakat. Kami berharap tukang ojek konvensional bisa memanfaatkan aplikasi ini. Di sisi lain, banyak tukang ojek yang dulunya tidak mengerti ponsel android mau belajar dan akhirnya bisa,” ujar perempuan yang bercita-cita menjadi Menteri Pendidikan ini.

Ala membandingkan bagaimana Indonesia sekarang dengan Amerika Serikat dulu. Lembah Silikon yang menjadi kawah candradimuka untuk menggodok berbagai start up berhasil menghasilkan berbagai produk. Indonesia pun sudah bergerak ke aras itu. Kini sudah banyak hadir anak-anak muda yang menghasilkan startup. Ia berharap lima tahun ke depan, anak-anak muda Indonesia sudah bisa seperti anak-anak muda di Lembah Silikon.

Ia berharap sejak kuliah, para mahasiswa sudah dibekali dengan kemampuan untuk menghasilkan berbagai startup. Ini akan menjadikan ekosistem digital Indonesia lebih maju. Kendala yang dihadapi saat ini adalah terbatasnya resources sehingga antara satu dan yang lain saling ambil. Ke depan, persaingan harus dibuat lebih sehat.


HADIAH 6M

Terkait “The NextDev”, Ala yang juga salah satu juri  menuturkan kompetisi yang mengusung tema Karya Anak Bangsa untuk Solusi Indonesia, menantang kawula muda Denpasar untuk menciptakan aplikasi seluler yang memberikan dampak sosial yang positif, terutama dalam hal pengembangan Kota Pintar (Smart City) dan daerah pedesaan.

“Kompetisi ini bisa menjadi mata air untuk mengairi bakat-bakat anak muda Indonesia di bidang IT. Ini bukan sekadar peluang tetapi ini ada rasa tanggung jawab kita sebagai generasi muda bangsa,” ujar perempuan yang mengaku hidupnya bahagia kalau melihat orang lain bahagia.

The NextDev mengajak kawula muda untuk mewujudkan imajinasi dan ide mereka tentang Smart City dan menjadi bagian dari program untuk membentuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Tahun ini The NextDev hadir dengan konsep yang lebih menantang dengan tetap fokus pada pengembangan Smart City, dengan ruang lingkup yang lebih luas yaitu kategori pengembangan aplikasi untuk rural atau pedesaan.

Dalam kompetisi The NextDev 2016, terdapat sembilan sub tema yang memiliki fokus tersendiri sebagai dasar pengembangan solusi. Kesembilan sub tema yang bisa dipilih oleh peserta adalah agrikultur, kemaritiman, usaha kecil dan menengah (UKM), pemerintahan, energi, pariwisata, kesehatan, pendidikan, dan transportasi.

Selain menciptakan karya yang akan bermanfaat bagi orang banyak,  tiga tim terbaik juga akan mendapatkan berbagai hadiah menarik yang disebut dengan 6M, yakni Market Access (akses pasar), Marketing (publisitas), Mentoring (pelatihan dan pendampingan), Management Trip (study visit ke pelaku industri telekomunikasi di luar negeri), Money (uang tunai), dan Monetizing (peluang besar untuk memperoleh pendapatan melalui kolaborasi dengan stakeholder terkait).

GM Sales Telkomsel Regional Bali Nusra Ihsan  menambahkan melalui “The NextDev 2016” ini, Telkomsel ingin para generasi muda Indonesia di wilayah Denpasar dan sekitarnya untuk turut berkontribusi secara aktif memanfaatkan teknologi yang melahirkan solusi dan memberikan dampak sosial yang positif bagi bangsa. “Dengan tingginya partisipasi dari mereka, diharapkan akan terjaring lebih banyak lagi ide-ide kreatif dan solutif yang dapat mempercepat penerapan Smart City di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di kota Denpasar,” ujarnya. –Ngurah Budi



Bahagia Kalau Orang Lain Bahagia

No comments:

Post a Comment